Selasa, 20 April 2010

memanjakan perasaan

Masih tetap mengusikku ……..
Aku ingin sekali menulis.
Ini tentangmu, tentangku, tentang kita.
Mengenalmu seakan memberi warna baru dalam hidupku.
Mengenalmu memberi sebuah inspirasi yang belum pernah ada.
Ketulusan yang kutangkap dari jiwamu tak tertandingi.
Meski kekhawatiran setiap kali datang.
Aku takut,,, takut untuk bermain hati dalam kisah ini.
Karena bisa jadi ini adalah mimpi buruk untukmu.
Menyandingkanku di sisimu hanya akan membuatmu malu.
Maaf,
Tapi Aku menyukainya.
Dan berharap kau pun begitu.
Tentang kita,,, indah kulihat.
Tentangmu, sejuk kurasa
Dan berharap tentangku, merdu kaudengar.

Berawal dari ketulusan yang kupengang.
Aku takut pamrih itu tiba-tiba muncul dari pikiranku.
Hingga akhirnya asa-asa kembali datang dan membuatku parau.
Ah, sulit mengendalikannya.

Biarlah waktu yang menjawabnya.
Biarlah masa yang menandinginya.
Biarlah Tuhan yang mengaturnya.
Biarlah………………………………..

Minggu, 28 Februari 2010

mengkhiri episode2 tanpa asa

Aku ingin mengakhiri kisah ini seperti yang pernah kukatakan sebelumnya.
Aku ingin mengakhiri perjalananku padamu sesuai dengan keinginanku.
Aku tak ingin menciptakan episode-episode panjang tanpa asa. (mengutip frase dari seorang sahabat)
Bersamamu adalah hal indah dan menyenangkan.
Bersamamu selalu bisa membuatku lupa akan kesedihan.
Bersamamu serasa aku tak akan mengalami kegalauan.
Namun akhirnya aku ingin mengakhiri kebahagiaan yang semu itu.
Karena cepat atau lambat kisahku harus berakhir tanpa nyawa, berakhir tanpa bahagia.
Aku mencintaimu. Entah cinta yang seperti apa. Aku tak mampu mendefinisikan dengan lengkap dan jelas. cinta seorang siswa ulangan yang ditinggal guru, cinta para koruptor tanpa KPK, cinta seorang pencuri pada mati lampu, atau cinta yang cinta?
Ah, meski tak definit, cintaku padamu lain dari cinta yang sudah terkonvensionalisasi selama ini.
Aku tak membutuhkan keutuhanmu. Aku hanya ingin mencintaimu, memasrahkan hatiku padamu, menjadikanmu tempat yang tepat untuk memberi yang kupunya, merasakan senyuman yang hadir di wajahmu karenaku.
Meski sesungguhnya aku sangat membutuhkanmu terlalu dalam. Menginginkan adamu di sampingku. Mendapatkan tempat di hatimu untukku berteduh. Merasakan ketenangan di dadamu ketika aku menitikkan air mata. Mendekap hangat tubuhmu ketika aku merasakan dinginnya cinta.
Sudah, sekarang sudah cukup. Aku cukup merasakan kebahagiaan yang indah bersamamu. menikmati udara malam yang membeku bersamamu. merasakan dinginnya tetesan hujan dengan hangat. Atau terik matahari di siang itu. Aku mampu menghapus semuanya. Tapi aku tak perlu melakukannya. Karena tak pernah sama sekali ada penyesalan padamu.
Sampai saat aku menulis, aku masih bisa bertahan dengan kisah ini. Hanya saja aku hidup dalam system yang menuntutku untuk bisa menyerupa dengan mereka, dengan orang banyak, dengan orang-orang yang menyanyangiku, dengan orang yang menanti kewajibanku. Dengan system yang sudah terbangun itu, mau tidak mau aku harus menanggalkan perasaanku padamu. Aku tak pernah membenci system itu ataupun benci mencintamu. Di dalam hidup ini terlalu banyak pilihan. Pilihan-pilihan itu sama sekali tak menggangguku, sama sekali tak membuatku pusing. Hanya saja aku tetap harus memilih.

aku ingin tetap bersamamu tanpa perasaan yang terbeelenggu.